Beranda | Artikel
Adab pada Guru (4)
Kamis, 8 Oktober 2015

Di antara adab pada guru adalah rajin hadir dalam majelis ilmu, berusaha terus hadir kecuali ada udzur syar’i.

Kita lihat sebagian halaqah ilmu yang khusus membahas materi rutin, bukan tematik, misal membahas salah satu kitab ulama, akan nampak beda antara awal dan akhir. Keadaan awal pasti akan lebih banyak dibandingkan dengan pertemuan akhir. Keadaan awal lebih banyak, keadaan akhir akan semakin berkurang bahkan bisa jadi tersisa satu atau dua orang. Jarang sekali majelis yang kita lihat terus istiqamah kecuali yang Allah beri taufik padanya.

Lihat contoh dari para salaf di masa silam bagaimanakah semangatnya mereka dalam merutinkan menghadiri majelis ilmu pada guru-guru mereka.

Abul Hasan Al-Karkhi berkata, “Aku punya kebiasaan menghadiri majelis Abu Khazim setiap Jumat. Keesokan harinya di hari Jumat ternyata kosong, namun aku tetap menghadirinya agar tidak mengurangi kebiasaanku untuk menghadiri majelis tersebut.” (Al-Hattsu ‘ala Thalib Al-‘Ilmi karya Al-‘Askari, hlm. 78).

Wahb bin Jarir dari bapaknya, ia berkata, “Aku sudah pernah duduk di majelis Al-Hasan Al-Bashri selama tujuh tahun. Aku tidak pernah absen walau satu hari pun. Aku punya kebiasaan puasa, lalu aku mendatangi majelis beliau.” (Siyar A’lam An-Nubala’, 6: 362)

Qatadah bin Da’amah As-Sadusi, ulama di kalangan tabi’in yang lahir dalam keadaan buta. Ia adalah di antara murid Anas bin Malik. Para ulama yang ada ketika itu biasa mengambil ilmu dari Anas pada pagi dan petang hari. Ada yang menghadiri majelis di pagi hari lantas pergi. Yang datang di pagi hari memberitahukan ilmu pada orang-orang yang hanya bisa hadir di petang hari. Suatu saat Anas telat hadir pada majelis sore. Lantas Qatadah membawakan pelajaran pada orang-orang yang hadir di sore hari mengenai hadits yang ia peroleh di pagi hari. Ketika Anas menyimak apa yang disampaikan oleh Qatadah, ia melihat bagaimana bagusnya hafalan Qatadah dan ia pun begitu takjub dengan kecerdasannya. Lantas ia pun menepuk tangan Qatadah lantas berkata, “Berdiri, wahai Qatadah (dipanggil dengan panggilan ‘Ya Akmah’, artinya ‘wahai si buta’, pen.), aku baru saja mengambil ilmuku sendiri darimu.” (Ma’alim fi Thariq Thalab Al-‘Ilmi, hlm. 52-53)

Ini tanda orang yang semangat hadiri majelis ilmu, maka kelak ia akan menuai hasil kerja kerasnya.

Dari Abu Ad-Darda’, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ، وَإِنَّمَا الْحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ، مَنْ يَتَحَرَّى الْخَيْرَ يُعْطَهُ، وَمَنْ يَتَّقِ الشَّرَّ يُوقَهُ

Sesungguhnya ilmu didapatkan dengan belajar dan sesungguhnya hilm (kesabaran dan ketenangan) didapat dengan terus melatih diri. Barangsiapa berusaha untuk mendapat kebaikan, maka Allah akan memberikannya. Barangsiapa yang berusaha untuk menghindari keburukan, niscaya akan terhindar darinya.” (HR. Ad-Daruquthni dalam Al-Afrad).

Hanya Allah yang memberi taufik. Moga Allah beri keistiqamahan meraih ilmu dari guru-guru kita.

 

Referensi:

Ma’alim fi Thariq Thalib Al-‘Ilmi. Cetakan kelima, tahun 1431 H. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin ‘Abdullah As-Sadhan. Penerbit Dar Al-Qabs.

Selesai disusun di Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 24 Dzulhijjah 1436 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Ikuti update artikel Rumaysho.Com di Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat (sudah 3,6 juta fans), Facebook Muhammad Abduh Tuasikal, Twitter @RumayshoCom, Instagram RumayshoCom

Untuk bertanya pada Ustadz, cukup tulis pertanyaan di kolom komentar. Jika ada kesempatan, beliau akan jawab.


Artikel asli: https://rumaysho.com/12065-adab-pada-guru-4.html